Chapter 3 : Sang Pelindung
12 April 2014 (Sabtu)
[Di Rumah]
“Heaaa.. ”
(#Tring) suara pedang bersentuhan menggema ke seluruh ruangan…
Hari masih pagi, tapi badanku sudah mulai bermandikan keringat.
Jika ada yang bertanya apa yang sedang ku lakukan. Sudah pasti sedang berlatih seni pedang. Sudah hampir 10 Hari semenjak Arcia mulai tinggal bersama denganku. Dan Sekarang Rutinitasku sedikit berubah dari biasanya. Sekarang Arcia yang selalu menyiapkan Bekal pagi untukku sebelum pergi kesekolah. dan Saat Pulang sekolah aku berlatih seni pedang dan kekuatan sihir.
Kenapa aku berlatih Pedang ? Alasannya cukup sederhana..
(Beberapa hari yang lalu)
“Master, Jika monster seperti waktu itu datang lagi.. Master cukup bersembunyi dan aku yang akan bertarung. Master tak perlu memaksakan diri..”
“Jadi mereka akan datang lagi ?”
“Tentu, mereka merupakan bawahan dari Sang Kegelapan, mereka akan mencoba mengalahkan anak-anak yang terpilih oleh Arc Stone agar Tuan mereka dapat bangkit kembali.
“Hmm.. jadi begitu, Yah aku juga sudah menduga itu.”Aku membalasnya dengan santai
“Tapi Aku tak memiliki pengalaman Bertarung, Yang ku ingat.. hanya dulu Ayah sering mengajari teknik bermain pedang, walaupun hanya sedikit. kurasa itu tak akan cukup”
“Kalau begitu, biarkan Aku saja yang bertarung Master, Kau tak perlu memaksakan diri”
“Tidak, Aku juga akan bertarung.” Meski aku sangat tidak suka hal yang merepotkan, tapi entah kenapa aku sangat tertarik dengan hal ini.
“Bukan bermaksud tidak sopan master, tapi kau bilang tidak punya pengalaman sedikitpun. Bagaimana jika Anda Terluka ?”
“Kalau begitu, kau hanya perlu Mengajari cara bertarung kan ?!”
“Master tidak perlu bertarung, Aku ini adalah pelindung master, jadi Aku tak bisa membiarkan Anda terluka.”
“Bagaimana jika kau yang terluka seperti waktu itu ?!”
“E-ehh…, A-Anda mencemaskanku lagi.. Tak perlu cemas master, Aku ini sebenarnya Kuat. Waktu itu aku hanya sudah kehabisan tenaga dan kelelahan. Lagi pula asalkan Master selamat, Aku tak peduli dengan tubuhku.”
“Huuuhhh.. (menghela nafas), kan sudah kubilang berkali-kali, kau juga harus memikirkan dirimu sendiri. Hidupmu adalah milikmu, jangan terlalu menghawatirkan yang lainnya. Lagi pula bertarung berdua lebih baik dari pada sendiri kan ?!. Dan jika bisa menemukan Arc User yang lain kita bisa bertarung bersama.”
“Master.. kenapa Kau begitu yakin tidak akan ada masalah ?!” Arcia mengeluarkan sedikit Ekspresi khawatir bercampur kesedihan.
“kurasa kau salah, Aku malah berfikir sebaliknya..” Aku membalasnya dengan sedikit santai untuk menghilangkan rasa cemasnya.
“Maksud anda ?” dengan rasa penasaran Arcia menanyakannya. Dan aku segera meresponnya pertanyaannya.
“Jika sudah ikut campur masalah seperti ini, Aku Berfikir malah akan banyak masalah nantinya. Tapi jika masalah itu muncul, lebih baik menyelesaikannya bersama-sama. Lagi pula jika aku merupakan salah satu yang terpilih untuk melawan kegelapan, berarti aku tak bisa melemparkan semua tanggung jawab kepadamu.”
“Tapi, Mungkin Ayah anda menciptakanku. Untuk menggantikan master bertarung.”
“Aku tak mengerti apa yang Ayahku pikirkan, tapi dia tak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu. Seperti yang kau katakan sebelumnya. Jika dia memberikan semua kekuatannya dan menyegelnya di tubuhku. Itu berarti dia percaya padaku dan ingin aku yang bertarung.”
“Lalu untuk apa dia menciptakanku ?” Saat ini ekspresi yang keluar dari wajah Arcia adalah ekspresi penuh kebingungan.
“Hmm.. Mungkin dia ingin kau menikmati Hidup dan membantu orang bodoh sepertiku agar mengerti apa yang harus dilakukan.”
“E-ehh..” Dia mengatakannya dengan sedikit kaget, lalu aku segera melanjutkan bicaraku.
“Jadi bagaimana ? maukan kau mengajariku tentang cara bertarung ?”
Aku Tersenyum dan bertanya pada seorang gadis yang sedang berdiri didepanku. Arcia menunduk seperti air matanya ingin keluar, Lalu tiba-tiba Arcia tersenyum dengan sangat menawan dan mengangguk lalu menjawab dengan lantang.
“Baiklah Master.”
(Sekarang)
Jika semua yang Arcia katakan benar, maka Pertarunganpun tak bisa dihindari dan yang bisa kulakukan adalah berlatih agar tidak terluka lebih parah lagi.
Arcia selalu menggunakan sihir untuk membuat Clone Petarung dan membuat halaman depanku tidak terlihat dari luar, agar aku bisa berlatih dengan sungguh-sungguh.
Setelah berlatih seharian, tak terasa hari mulai siang. Panasnya mataharipun mulai menyengat. Jadi kuputuskan untuk menghentikan latihan ini. Biasanya memang aku memulai latihan pada siang hari, tapi karena ini hari sabtu jadi sekolah libur. Dan siangnya aku ada pekerjaan Paruh Waktu.
“ini master, aku membawakan Es Teh dingin.” Arcia meletakan Gelas berisi Teh di depanku.
“Ahh, terima kasih.”
Setelah itu aku segera dan meminumnya. Karena selesai berlatih, dan cuaca yang panas. Es yang kuminum ini terasa sangat menyegarkan. Lalu suara lembut Arcia kembali bersuara.
“kau tak perlu memaksakan diri master.”
Arcia tampak seperti selalu mencemaskanku. Dengan sedikit tersenyum aku mengatakan sesuatu dari mulutku.
“tenang saja, aku tak memaksakan diriku kok.”
“lalu anda mau kemana nanti ?”
“Aku mau kerja paruh waktu.”
“kerja paruh waktu ? apa itu master ?” Arcia kebingungan, mungkin tak ada istilah itu didunianya.
“itu cara untuk kau mencari uang untuk membeli kebutuhanmu, aku terkadang melakukannya diwaktu-waktu tertentu saja.”
“Apa kau kesulitan dengan keuangan master ? aku bisa membantumu mendapat banyak uang.” Ucap Arcia
“Hah, jangan bilang kau mau melakukan sihir ?” dengan sedikit terkejut aku menanyakan sesuatu yang mungkin jawabannya sudah kuketahui.
“Tentu saja. Aku bisa membuat uang dengan mudah asal ada sampel dari contohnya.”
“Hei.. itu berarti uang palsu kan ?!”
“Aku bisa ditangkap polisi jika kau melakukannya !!”
“Ahh, apa itu ditangkap polisi ? apakah itu buruk ?” lagi-lagi dia memperlihatkan rasa bingungnya.
“Ahh.. kau tak tau apa itu polisi ya.. Hmm.. mungkin itu semacam petugas yang menjaga keamanan dan menghukum orang yang berbuat jahat.”
“Apa membuat uang dengan sihir itu buruk ?”
“Tentu saja, kau akan dimasukan kedalam ruangan kecil dengan jeruji besi, tidur di lantai yang dingin dan harus menetap dalam waktu yang lama.”
“Ahh itu buruk, a-aku.. t-tak ingin hal seperti itu terjadi padamu.” Dengan rasa cemas Arcia mengatakan itu padaku
“Aku juga tak mau itu menimpaku.”
“M-maaf kan aku menyarankan hal yang buruk..” saat ini gadis didepanku memberikan ekspresi menyesal.
“Tak usah dipikirkan.. dan juga kamu harus lebih santai sedikit, tak usah terus menerus memberikan ekspresi sedih seperti itu.”
Setelah mengatakan itu, dia hanya terdiam. Sudah hampir 10 hari kami tinggal bersama dan aku telah melihat banyak Ekspresi yang dikeluarkan oleh gadis yang ada didepanku ini. Tapi aku belum pernah melihatnya tertawa dengan lepas, atau terlihat menikmati sesuatu dengan baik. Lalu suara dari gadis yang ada didepanku muncul kembali..
“Lalu masalah keuangan anda ?”
“Sebenarnya masalah keuanganku baik-baik saja. Saat kedua orang tua ku meninggal…” Aku terdiam dan tidak melanjutkan berkata apa-apa..
“M..master.. apa anda baik-baik saja ?” Suara inilah yang membuatku kembali tersadar.
“Ahh.. maaf aku hanya sedikit sensitive jika berbicara mengenai keluarga.”
“Master.. Mungkin mereka berdua masih hidup, dan ada didunia tempatku berasal.”
“Ya.. selama ini aku menganggap mereka sudah meninggal, tapi setelah melihatmu dan mendengar ceritamu mungkin mereka masih hidup. Dan.. kupikir aku bisa bertemu lagi.”Aku menunduk setelah mengatakannya.
“Selama Master yakin, pasti suatu saat nanti master bisa bertemu dengan mereka. Yakinlah bahwa mereka masih hidup.” Suara seperti lonceng yang menggema kuat itu membuatku kembali sadar dan bersemangat lagi.
“Terima kasih, Arcia !!” Aku tersenyum kepada Arcia sebagai rasa terima kasihku karena telah menyemangatiku.
“Sama-sama Master.” Arcia juga tersenyum kepadaku. Lalu sebuah kata-kata keluar lagi dari mulut gadis tersebut. “Lalu masalah keuangan anda ?”
“Ahh.. maaf-maaf.. Sebenarnya Nenek dan kakek dari keluarga ibuku yang berada diluar negeri selalu memberikan uang bulanan padaku. Walaupun aku sudah bilang tak mau merepotkannya. Mereka tetap mengirimkannya.”
“Lalu kenapa master bekerja ?”
“Itu karena aku merasa bosan. Biasanya aku tak memiliki kegiatan apa-apa. Selain belajar, membereskan rumah, dan melakukan sesuatu dengan komputerku. Lalu untuk menghilangkan rasa bosanku, aku melakukan kerja paruh waktu. Walaupun hanya kadang-kadang aku melakukannya.”
“Tapi sekarangkan anda juga sudah ada latihan, apa master masih merasa bosan ?”
“Tidak.. bukan begitu. Dengan latihan ini rasa bosanku sudah mulai menghilang. Latihan ini benar-benar menyenangkan dan kadang menyakitkan. Tetapi, aku sudah terlanjur berjanji pada pemilik Perpustakaan. Jadi, aku harus melakukannya.”
“jadi anda bekerja di perpustakaan ?”
“Ya aku menjadi penjaga perpustakaan, walaupun hanya duduk, membaca buku, menulis catatan siapa yang meminjam buku, dan menunggu waktu habis..” pada dasarnya pekerjaanku hanya duduk saja sambil membaca
“Aku juga sering berkunjung ketempat seperti itu. Apa perpustakaannya besar master ?” Sepertinya Arcia mulai tertarik.
“Perpustakaan tempatku bekerja tidak terlalu besar, tetapi cukup rami pengunjung. Terutama hari libur. Apakah perpustakaan ditempatmu itu besar ?”
“Tentu, tempat itu sangat besar. Tempatnya juga nyaman dan memiliki banyak buku-buku menarik.
“Heh.., Sehebat itukah dunia mu ?!
“Hei Arcia.. sebenarnya sudah lama aku ingin bertanya hal ini. Bisakah kau ceritakan sedikit tentang dunia mu ?”
“E-ehh.. Ada apa memangnya Master ?”
“Tidak ada alasan khusus sebenarnya, aku hanya ingin tau bagaimana keadaan dunia itu, dan juga tentang musuh kita sebenarnya. Jadi bisakah kau menceritakannya ?”
“Tentu saja, tapi mungkin ini bukan hanya tentang duniaku master. Aku juga akan menceritakan awal semuanya bermula. Mungkin akan sedikit memakan waktu lebih lama.. Apakah itu tidak apa-apa ?”
“Hmm.. kurasa aku masih punya banyak waktu. Ya, itu tidak masalah. Lagipula aku juga ingin mengetahuinya.”
“Baiklah ini dimulai sekitar 100 tahun yang lalu pada tahun 1914. Duniaku hampir sama seperti bumi ini, hanya saja di duniaku lebih banyak Ras atau jenis makhluk yang hidup. Kehidupan disana masih menggunakan sistem kerajaan. Saat itu ada 4 kerajaan besar yang memerintah.”
“Estra, Faylinn, Tyrone, Esteban.”
“Jadi hanya ada 4 kerajaan besar yang berkuasa ?”
“ya, walaupun begitu ada juga banyak kerajaan kecil dan kota pemukiman berbagai Ras.”
“Awalnya dunia itu damai, walaupun kami berbeda-beda tetapi kami tetap bisa bekerja sama. Masing-masing kerajaan bisa saling bekerja sama dengan baik. Lalu sesuatu yang mengerikan muncul.”
“Mengerikan ?!, jangan-jangan itu..”
“Ya ‘Sang Kegelapan’ atau yang disebut dengan ‘Animus’ muncul dan membuat duniaku hancur berantakan. ‘Animus’ bisa menggunakan sihir yang kuat. Yang pada waktu itu kami belum bisa menggunakannya. ‘Animus’ membuat monster dan ras lain menjadi budaknya dan menghancurkan mereka yang tidak patuh kepadanya.”
Aku melihat Arcia menahan rasa sedihnya saat bercerita. Aku sedikit tau bagaimana mengerikannya cerita itu. Maksudku, menghancurkan makhluk hidup lainnya benar-benar mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pertarungan itu terjadi. Setelah itu Arcia melanjutkan ceritanya kembali.
“Dia membangun kerajaan untuk menyerang ke 4 kerajaan lainnya . 4 kerajaan bertarung dan berusaha keras melawan balik. 4 kerajaan saling bekerja sama, baik dari membagikan informasi, teknologi, dll.
Sampai akhirnya kami berhasil menggunakan apa yang musuh kami gunakan, yaitu sihir. Para tetua berhasil melakukan percobaan dan berhasil menggunakannya. Saat itu semua mengira harapan mulai muncul… tapi.. ternyata tidak. Kami tetap kalah dalam perang besar itu. Sihir dan kekuatan musuh terlalu besar, perbedaannya sangat jauh.”
Arcia terlihat sangat sedih saat menceritakannya. Apa aku harus menyuruhnya untuk berhenti ?!, tapi demi untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang dunianya. Aku tidak berkata apapun dan hanya mendengarkan yang dia katakan.
“Pertempuran terjadi cukup lama. Banyak yang hampir menyerah, tetapi saat semua berfikir telah kalah. Salah satu Negara mengatakan ada yang menemukan cara untuk mengalahkan ‘Animus’ ?”
“cara mengalahkannya, ohh maksudmu melakukan Penyegelan ?”
“Ya anda benar master, sang kegelapan bisa dikalahkan dengan di segel oleh batu harapan. Setelah mengetahui itu, ke-4 negara menggabungkan kekuatan untuk memanggil kekuatan itu. Dan pada tahun 1917, akhirnya batu-batu yang memiliki sihir kuat dan hebat untuk mengalahkan ‘Animus’ terbentuk. Dan dinamakan Arc Stone”
“Setelah selesai memilih penggunanya yang salah satunya adalah Kakekmu yang berusia 19 tahun pada masa itu Master, setelah itu pertarungan hebat terjadi, efek pertarungan itu juga yang membuat terbentuknya dunia parallel atau perbatasan. Dan setelah pertarungan panjang, pada tahun 1918 Penyegelanpun berhasil dilakukan. Setelah selesai kekuatan batu melemah dan menghilang. Dan dunia kembali damai. Setelah itu, semuanya bekerja sama untuk mencoba membangun kerajaan kembali. Para pahlawan mulai terpencar dan memulai kehidupan baru mereka. Banyak dari mereka juga yang menyebrang ke dunia ini.”
“Bahkan kakek dari ayahku juga terlibat, lalu apakah dia sebenarnya penduduk asli dunia itu. Aku tidak tahu tentang dirinya bahkan Aku tidak pernah bertemu dengannya ?”
“Aku tidak tau kebenarannya master, tapi ada beberapa rumor mengatakan bahwa Kakek anda berhasil dipanggil ke dunia itu untuk membantu, ada yang bilang bahwa beliau menemukan jalannya sendiri ke dunia itu.”
“Jadi begitu ya ..” Aku sedikit kecewa karena setiap kali informasi itu menyangkut tentang silsilah keluargaku, aku sama sekali tidak mendapat penjelasannya. Lalu tiba-tiba terdengar kembali suara gadis didepanku.
“Master.. anda baik-baik saja ?”
“ehh.. ya tentu, tolong lanjutkan.”
“Beberapa tahun berakhir baik, Para penduduk mulai kembali membangun semua yang dihancurkan dan mulai hidup dengan normal. sampai pada tahun1968 para sesepuh merasakan ada yang mencoba membangkitkan kembali ‘Animus’.”
“membangkitkannya ? siapa yang mau membangkitkannya ?”
“para Ras yang menginginkan kehancuran dunia..”
‘Glekk..’ mendengar yang dikatakannya aku tak bisa berkata apa-apa.
“lalu pada tahun 1970, Itu adalah pertempuran kedua dimana ayah anda yang berumur 18 tahun yang memimpin penyerangan untuk mengalahkan Ras-ras kegelapan yang mencoba membangkitkan Animus.”
“Dan mereka berhasil mengalahkannya, dan menjaga kedamaian dunia.”
“Ternyata Ayah sangat hebat.”
“Ya, menurut catatan dia adalah pemimpin yang jenius.”
Selama ini dia memiliki masa lalu yang hebat, tapi tak pernah menceritakannya padaku. Aku penasaran, apa ibuku juga ikut terlibat. Saat ingin menanyakan hal itu tiba-tiba..
“Ehem, Baiklah aku akan melanjutkannya Master.”
“A-ahh Ba-baiklah..” Aku mengangguk dengan cepat, sepertinya Arcia sedikit kesal karena aku selalu melamun dan mengabaikannya saat dia sedang bercerita. Tapi ekspresi kesalnya benar-benar sangat manis dan ingin membuatku tertawa, tapi aku menahan diriku untuk tidak melakukannya. Dia seperti anak kecil yang kesal saat tidak diberikan barang yang diminta.
“Dan pada tahun ini para tetua merasakan melemahnya segel animus, dan ingin bersiap untuk kemungkinan terburuknya.jadi mereka mencoba membangkitkan kembali Arc Stone, Mereka tidak Berhasil dengan sempurna, Akibatnya mereka hanya dapat merasakan sedikit dimana Arc Stone berada .
“Jadi Maksudmu ? Arc Stonenya ada di Bumi ini ?”
“Menurut Informasi yang kudapatkan begitu.”
“Dengan Kata lain, Mereka akan memilih Orang-orang dibumi ini ? Apa batu itu mencoba melibatkan Orang-orang didunia ini ?” Aku berbicara dengan sedikit kesal. Jika benar maka orang-orang yang tak tau apa-apa akan dipaksa untuk bertarung untuk melindungi dunia yang bahkan tidak mereka tinggali. Bukankah itu sedikit aneh. Lalu tanpa membiarkan rasa penasaranku bertambah, Arcia segera melanjutkan Berbicara.
“Aku juga tidak begitu paham Master. tapi menurut mereka, Orang-orang yang bisa menggunakan Arc Stone ada di Dunia ini. Karena bukan Arc User yang memilih Arc Stone tapi Arc Stone lah yang memilih penggunanya. Mungkin anda bisa menyebut ini sebagai Takdir” Arcia berbicara tanpa ragu sedikitpun
“Jadi Takdirkah ?? Dipaksa terlibat pada sesuatu yang bahkan tidak mereka tau sebelumnya. Apakah mereka benar-benar mau melakukannnya.” Sambil aku mengatakannya, aku menghadap keatas untuk melihat awan.
“Tidak ada pilihan lagi master.” Arcia menunduk seperti terlihat sedih. Lalu aku mulai melanjutkan berbicara
“Lalu Alasanmu kedunia ini untuk mencari Arc Stone dan penggunanya-kan ?”
“Tujuan Utamaku bukan untuk melakukan hal itu, Para Tetua hanya memberikannya untuk Tugas sampinganku.”
“Ehh.. Lalu apa tugasmu yang lebih penting dari itu ?”
“Tentu saja Melindungi Kamu Master.” Arcia memperlihatkan senyuman yang mempesona.”
“Ahh.. jadi Begitu, t-tapi bukankah batu itu lebih penting, tanpa itu Arc User tidak bisa melakukan penyegelan.”
“Memang benar, tapi menurutku kamu tetaplah yang paling penting Master.” Lagi-lagi Arcia memperlihatkan senyuman yang mempesona
“Ehh..” Kali ini wajahku benar-benar memerah dengan yang dikatakannya. Apa dia mengerti maksud dari perkataannya ya… Jika itu dikatakan didunia ini, bukankah i-ituu.. L-lamarann…
“Arghhhh…. Jangan Berfikir yang aneh-aneh. Po-pokoknya t-tugas kita saat ini adalah untuk mencari Arc User yang lainnya.”
“Ehh.. B-baiklah master, jika itu yang anda inginkan. ” Arcia sedikit terlihat kaget lalu sedikit tersenyum dan mengangguk dengan setuju.
Setelah itu aku melihat kearah jam yang ada pada dinding bagian dalam rumahku, jam itu sudah menunjukan pukul 12.45 jadi kurasa sudah saatnya pergi ke perpustakaan
“Ahh.. kurasa sudah hampir waktunya, aku akan kedalam untuk bersiap.”
“Baiklah. Aku akan membereskan tempat ini.”
Setelah itu, aku pergi kedalam untuk bersiap-siap pergi keperpustakaan. Aku hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk bersiap dan segera berangkat.
[Di Depan Rumah]
“Aku pergi dulu ya.. Oh ya jika kau bosan dirumah, kamu boleh jalan-jalan sekitar sini. Tapi pastikan kamu mengunci pintu ya !!”
“Baiklah Master, Selamat Jalan.”
Setelah selesai memberitahunya aku segera bergegas pergi. Saat sedang berjalan aku memeriksa jam tangan yang kukenakan beberapa kali. Waktu kerja paruh waktuku dimulai dari jam 13.20 sampai dengan perpustakaan tutup pada jam 17.30. Jarak antara rumahku dan perpustakaan hanyalah sekitar 7-8 menit jika aku berjalan dengan santai. Dan mungkin akan menghabiskan waktu 4-5 menit jika berlari. Tetapi waktu masih menunjukan pukul 13.07, kurasa aku tidak akan telambat untuk sampai kesana. Dan juga bila harus berlari ditengah cuaca sepanas ini, kurasa kelelahan yang kurasakan akan menjadi 2 kali lipat dari biasanya.
[Di Depan Perpustakaan]
Akhirnya, aku sampai didepan Perpustakaan tempatku bekerja. Perpustakaan yang lumayan besar tetapi hanya memiliki 1 tingkat. Dengan cat berwarna vanilla kecoklatan dengan banyak stripe berwarna oranye. Menampilkan kesan menarik pada bagian dalam Perpustakaan.
Setelah selesai mengagumi bagian dalam perpustakaan, aku segera menuju kearah meja tempat biasa petugas berjaga. Disana sudah ada seorang wanita yang sudah agak tua. Dia adalah pemilik dari perpustakaan ini.
“Permisi, Bibi Ellie ini aku Akira..”
Setelah aku memanggilnya dia, lalu menoleh kearahku.
“Ahh… Akira kamu sudah datang..”
“Ya, Bibi bisa beristirahat sekarang. Biar aku yang menggantikan menjaganya.”
“Yah Kalau Begitu terima kasih, Kalau begitu bibi akan pergi kerumah dulu. Oh iya nanti tolong susunkan buku ini ketempatnya masing-masing ya, lokasi tempatnya ada dalam katalog diatasnya.” Bibi Ellie menunjuk kardus disamping meja.
“Oh Ya baiklah.”
“Terima kasih Akira.” Bibi kaede Tersenyum dan meninggalkan Perpustakaan.
Namanya adalah Ellie Kaede. Rumahnya berada disamping perpustakaan ini. Dia tinggal sendirian disana. Dia memiliki 1 anak perempuan yang sudah berkeluarga yang tinggal diluar kota. Karena itu dia terkadang seperti terlihat kesepian. Karena itu terkadang aku sering mampir kesini untuk menghiburnya. Dia merupakan orang yang baik dan penyayang, terkadang dia selalu membawakanku makanan untuk kumakan dirumah. Itu juga alasan kenapa aku melakukan kerja paruh waktu ini. Pada hari sabtu, pelanggan yang datang lebih banyak dari hari biasa, dan juga itu merupakan hari dimana buku-buku baru biasanya datang. Karena itu beliau memintaku untuk membantunya.
Setelah itu aku segera melihat buku katalog untuk menyusun buku-buku yang Bibi Ellie katakan.
“Hemm.. ini disini..” Aku terus berjalan sambil mencocokan tempat buku-buku yang harus kusimpan.
Aku terus berjalan dan berhenti ditempat-tempat yang ditandai dikatalog. Aku mengabaikan keramaian orang-orang disekitarku, dan terus berjalan membawa buku-buku itu. Setelah selesai, Aku segera kembali ke Meja tempatku bertugas. Ya tugasku adalah mencatat setiap pengembalian buku, dan peminjaman yang dilakukan orang-orang.
Saat hamper sampai, aku melihat seseorang didepan meja tersebut, sepertinya ia ingin mengembalikan buku yang ia pinjam. Aku segera bergegas kesana untuk mencatatnya.
“Ahh.. Maafkan aku, Jadi apa ada yang bisa kubantu ?” sambil berjalan dengan cepat aku mengatakan hal itu.
Orang itu menoleh kearah ku dan berkata “Aku ingin mengembalikan buku ini !!” sambil mengangkat bukunya.
“Ehh.. Kau ??”
Aku sedikit terkejut dengan apa yang kulihat. Dan sepertinya orang itu juga bersikap terkejut seperti yang kulakukan. Aku sangat familiar dengan wajahnya. Gadis ini adalah orang yang duduk disebelahku, ya dia adalah Arikawa Haruka.
“Ehh.. Arikawa apa yang kamu lakukan disini ?”
“Ehh.. bukannya itu yang seharusnya ku tanyakan ?? Aku kesini untuk mengembalikan buku ini, dan juga untuk membaca buku. Menurutmu apa lagi yang harus dilakukan diperpustakaan ??”
“Ahh itu, kau benar..” Lagi-lagi aku menanyakan hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.
“Dasar kamu ini.. lalu apa yang kamu lakukan, sepertinya kamu tidak datang untuk membaca ?”
“A-ah itu, Aku diminta untuk menjaga perpustakaan ini.”
“Oh jadi kamu menjaganya, bukannya biasanya yang menjaganya adalah seorang Nenek bernama Ellie?” Arikawa bertanya dengan sedikit penasaran.
“Dia selalu sibuk pada hari sabtu, jadi dia memintaku menggantikannya.”
“Oh begitu, kukira dia bibimu.. jadi kamu Cuma bekerja disini !!”
“Ya begitulah, lalu apa yang bisa kubantu ?” aku mengangguk dan bertanya keperluannya.
“Oh ya aku, aku ingin mengembalikan buku ini.”
“Baiklah kamu letakan saja dimeja itu, dan tanda tangan disini.” Menunjuk sebuah buku besar.
“Baiklah..”
Setelah selesai meletakan bukunya Arikawa, membuka buku besar yang kutunjukan dan mulai menandatanganinya.
“Lalu apa ada keperluan lain ??”
“Hmm.. kukira untuk saat ini tidak ada.. Oh iya apa kamu tau dimana tempat sejarah-sejarah yunani ??”
“Ahh bagian sejarah kah ?? Hmm dari sini kamu lurus, nanti disana (menunjuk sebuah Vas bunga) kamu berbelok kekiri sampai menemukan ruangan dengan sebuah Lebel bertuliskan Sejarah. Lalu jika kamu mau mencari tentang Yunani, kamu mulai dengan huruf ‘G’ yang berarti ‘Greece / Greek’, dan huruf ‘Y’ yang berarti ‘Yunani’ jika kamu masih kebingungan, dibagian pojok kiri ada sebuah katalog untuk mencari judul buku yang mau kamu baca.
“Oh Begitu, Baiklah.. Terima Kasih.”
“Ah ya.. itu tak masalah. Tapi, Kamu masih saja belajar disaat libur begini ??” Aku sedikit meledeknya.
“Mengetahui tentang Wawasan dunia itu penting tau..” Arikawa menjawabnya dengan santai
“Tapi ini Hari libur, mestinya kamu sedikit memberikan otakmu kesempatan untuk bersantai.” Aku meledeknya dengan sedikit tersenyum.
Arikawa sepertinya tau jika aku sedang berusaha untuk menggodanya.
“Hmm.. Jika aku tidak bekerja keras, nanti kamu bisa-bisa mengalahkanku !!” Arikawa mengatakannya dengan tersenyum.
“Ehh... mana mungkin aku bisa mengalahkan siswi yang mendapat peringkat tinggi diluar Negeri.” Aku membalasnya dengan senyum kecut.
“Kurasa itu tidak mustahil, kamu kan selalu bisa menjawab pertanyaan yang guru berikan.”
Kami saling menggoda satu sama lain tapi Arikawa selalu bisa mengembalikan kata-kata yang aku keluarkan. Dia benar-benar menakutkan. Kurasa aku salah memilih lawan untuk bermain.
“Baiklah-baiklah aku menyerah, kau menang.. Silakan membaca Nona.”
“Ahahaha.. kamu benar-benar sangat lucu Minamoto. Kalau begitu, aku permisi dulu.”
Setelah mengatakan itu dia segera pergi melalui jalan yang kutunjukan. Baru kali ini aku melihat dia bisa meluapkan Ekspresi sebebas ini, biasanya dia selalu diam dikelas, dan hanya sedikit berbicara padaku saat sedang istirahat makan diatap sekolah.
Sesudah itu, aku melanjutkan tugasku. Dan melayani orang-orang yang ingin meminjam buku. Hingga tak terasa hari sudah mulai sore. Jam didinding telah menunjukan pukul 17.00. itu berarti sebentar lagi waktunya tutup. Lalu aku mengambil sebuah microphone yang terhubung kesemua speaker didalam perpustakaan.
“Pemberitahuan-Pemberitahuan, Perpustakaan akan tutup sekitar 20 menit lagi, dimohon untuk pelanggan yang ingin meminjam buku harap pergi ke meja petugas. Dan untuk pengunjung yang sudah selesai membaca Harap kembalikan buku ditempat semula. Terima Kasih !!” Aku mengulangi pemberitahuan itu sebanyak 2 kali.
Lalu, Beberapa orang yang ingin melanjutkan membaca dirumah, segera membawa buku mereka untuk melakukan konfrimasi pinjaman. Dan setelah 15 menit kemudian perpustakaan sudah sepi. Saat aku hendak membereskan semua buku catatan yang ada dimeja petugas, tiba-tiba seorang memanggilku dari belakang.
“Hei Minamoto, aku ingin meminjam ini.”
“Ehh, Arikawa kau masih disini rupanya ?”
“Kamu sudah bisa melihatnya didepan matamu kan !!”
“Seperti biasa, kata-katamu itu sangat tajam..” aku mengatakannya dengan ekspresi cemberut
“Hahahaha.., Maaf-maaf aku hanya bercanda.. lagian kamu ini selalu menanyakan hal aneh. Oh ya aku ingin meminjam ini.” Menunjukan sebuah buku.
“Kejamnya !!” Aku mengatakan itu untuk membalas kata-kata yang di berikan sebelumnya. Lalu aku melirik kebuk yang dia tunjukan.”
“Ehh ini kan.. kukira kamu hanya tertarik pada pelajaran saja. Baiklah sini berikan buku Novel itu, kamu tanda tangani buku ini.” Memberikan buku besar kembali.
“Ahh.. baiklah.” Dia Memberikan Novelnya kepadaku, lalu mengisi buku besar untuk konfrimasi peminjaman.
Setelah itu, aku menstempel dan mencatatkan tanggalnya pada buku tersebut.
“Ini, kembalikan paling lambat dalam waktu 12 hari dari sekarang.”
“Ya, baiklah.. kalau begitu aku pulang dulu..”
“H-hei, tunggu sebentar.. aku juga ingin pulang, kita keluar bersama ya ?.”
“E-ehhh.. I-ituu, Kenapa harus begitu ?”
“Sudahlah, tunggu sebentar.. aku akan merapihkan ini dulu.”
Setelah memaksanya menungguku, aku segera membereskan tempat ini. Aku menghabiskan waktu kurang lebih 4 menit. Setelah semuanya beres, aku kembali ke meja depan, disana sudah ada Bibi Ellie yang sedang mengobrol dengan Arikawa. Setelah itu aku mengambil barang-barangku dan pamit pulang kepadanya.
“Bibi Ellie semua buku sudah Tersusun rapih, dan semua catatan telah ditulis, aku pamit pulang dulu.”
“Iya terima kasih, Oh ya ini Untukmu. ” Memberikan sebuah kantung plastik
“Ehh.. Apa ini, bibi tak perlu repot-repot.”
“Sudah ambil saja, itu bukan sesuatu yang merepotkan.”
“Baiklah, Aku pamit pulang dulu.”
“Kalau begitu saya juga pamit ya Bi Ellie.” Arikawa juga berpamitan dengan bibi Ellie
“Ya Terima kasih untuk hari ini, hati-hati dijalan kalian berdua.”
Setelah itu kami berdua mengangguk bersama, dan berjalan pergi. Kami berbincang-bincang selama diperjalanan.
“Hey, Arikawa sepertinya kamu sudah mengenal dekat Bibi Ellie ya ?”
“Mungkin karena aku sering pergi kesana, kami jadi akrab.”
“Heh…, Segitu sukanya kah kamu dengan buku ?”
“Hmm, Kurasa bukan begitu !! Aku hanya merasa bosan dirumah terus.”
“Kenapa kau tidak pergi bersama teman-temanmu ?”
“Karena aku tidak memiliki satupun teman disini !!”
Arikawa mengatakannya dengan ekspresi santai, Justru akulah yang sedikit terkejut dengan yang barusan dia bilang.
“Hahh.. Hal Aneh apa yang baru saja kamu katakan ?”
Setelah mengatakan itu tiba-tiba Arikawa berhenti sejenak dan menatap kebawah. Lalu..
“Jadi kamu menganggap itu aneh ya Minamoto ??”
Dari suaranya seperti dia menyembunyikan sebuah rasa sakit.
“E-ehh.. Ahh.. i-itu.. Maksudku..” Saat aku ingin mencoba menjelaskan, tiba-tiba Arikawa memotong pembicaraanku.
“Aku tidak butuh TEMAN !!” Arikawa mengatakannya dengan Nada keras dan kesal.
Setelah mengatakannya dia mulai berjalan dengan cepat, dan mulai diam. Apa ini salahku ?! apa aku salah bicara ?! Dari pada hanya terus berfikir Aku mencoba untuk mencairkan suasana kembali.
“E-ehh.. I-tu.. M-maafkan aku jika itu menyakiti perasaanmu !!”
Tapi tak ada respon apa-apa, dan saat sampai pada sebuah persimpangan jalan, dia mulai belok kekanan, arah rumahku adalah kekiri, jadi kami berpisah disini. Tapi dia tetap jalan, tanpa memperdulikan diriku lagi. Aku mencoba untuk menyapanya lagi, walaupun sepertinya hasilnya sudah kuketahui.
“A-ahh.. itu, Selamat Jalan.. Hati-hati ya, kita bertemu lagi nanti disekolah..” setelah mengatakan itu, dia tetap mengabaikanku.
Lalu aku melanjutkan perjalananku, disepanjang jalan aku terus menggerutu dan memikirkan apa yang terjadi
“Kenapa dengannya, aku sama sekali tidak mengerti. Aku kan hanya membicarakan soal Tem-”
“Ahh itu.. Pasti soal masalah teman itu..” Aku teringat sesuatu.
Aku teringat ketika disekolah, Arikawa seperti menutup diri dari pergaulan, pada awal kami bertemu saja, dia melihatku dengan tatapan yang sangat dingin. Dan terkadang saat aku mencoba membicarakan tentang teman pada saat kami diatap, dia selalu terlihat murung. Tapi Apa mungkin dia benar-benar tidak memiliki satupun teman? Lalu kenapa dia tidak mencoba mencarinya, kurasa dia orang yang cukup asik diajak berbincang-bincang dan baik.
Kenapa?! Apa alasannya?! Akhirnya aku berakhir dengan memikirkan banyak sekali pertanyaan dalam kepalaku. Sampai aku tidak menyadarinya bahwa, Rumahku sudah terlihat.
Setalah itu, aku menghentikan pemikiran tentang itu semua untuk sementara. Aku tak ingin Arcia sampai mencemaskan diriku. Saat sampai didepan pintu, Aku melihatnya sepertinya pintunya tidak terkunci, lalu membuka pintu dan mengatakan “Aku Pulang.”
[Di Rumah]
Lalu, dengan merespon salamku.. Arcia mengatakan “Selamat Datang.” Dan dia menghampiriku.
“Bagaimana Pekerjaannya Master ?”
“Lancar, walaupun ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.” Aku tidak bisa bilang tentang masalah Arikawa.
“Hmm.. Apa itu master ??”
“Bukan apa-apa kok, Oh iya.. Bibi perpustakaan membawakanku ini, ayo kita makan bersama.”
“Iyaaa..” Arcia mengangguk dan mengatakannya dengan tersenyum.
***
(Ini Tanda Bergantinya sudut pandang)
[Di Tempat Arikawa]
“Maafkan aku Akira, aku tak bermaksud mengatakan itu.. Kumohon jangan benci aku ya.. Kumohon.. ” Arikawa mengatakan itu sambil bersedih dan menangis.
BERSAMBUNG
Original Created by Aziz Musyaffa
Chapter 3 :
Download